Monday, September 12, 2011

Aku dan secangkir Moccacino

Kemarau membuat kota bandung di pagi hari seperti musim dingin
Tak mudah untuk menanggalkan selimut hangat dan kemudian beraktifitas
Kulihat jalanan sudah mulai ramai, setiap orang begitu berusaha untuk tak mengalah pada rasa dingin dan berebut untuk tak dikalahkan oleh waktu sehingga tak heran bunyi klakson mulai memekikan telinga lalu berubah menjadi suara dan sebentuk emosi di pagi hari.
Derap langkah ku dan mereka seperti saling bersahutan untuk tak mengalah kepada setiap detik waktu yang berjalan
Dengan napas yang masih terengah-engah kulemparkan pandanganku ke setiap sudut ruang kelas yang masih ramai, aku hening dalam ramainya ruang kelas kunikmati perjalanan pikiranku yang tenggelam dalam buku yang sedang kubaca.

Waktu menghentikan perjalanan pikiranku, mereka memilih meninggalkan ruang kelas karena dosen berhalangan hadir. Aku memilih untuk duduk sambil menikmati secangkir moccacino di kantin sambil sedikit menghangatkan diri. 
Dengan secangkir moccacino kembali kunikmati perjalanan pikiranku ditemani alunan musik kini aku kembali sibuk dalam pikiranku, sesekali aku melihat beberapa tempat duduk yang masih kosong, pikiranku memutar balik waktu, kulihat hangatnya senyuman kami saat dulu mulai merintis harapan dan mimpi.
Kini kulihat beberapa orang mulai menempati beberapa kursi yang kosong dan mulai sibuk dengan aktifitasnya, ada yang memulai ceritanya, ada yang sibuk dan mulai terlihat khawatir . Aku menjadi penontonnya dan mulai menikmati hening diantara ramai, ternyata tak begitu buruk, seiring dengan berjalannya waktu kuhabiskan secangkir moccacino yang mulai dingin dan kutinggalkan panggung drama tersebut, sambil berharap akan ada waktu  dimana aku dan secangkir moccacino kembali menikmati hari.

No comments:

Post a Comment

Leave your comment ok :D